Sudah seyogianya bagi seorang murid mendoakan guru-gurunya
sebagaimana doa kepada orang tua, karena guru adalah pendidik ruhani, sedang
orang tua lebih banyak berperan sebagai pendidik jasmani. Sebagaimana
disebutkan dalam syair yang dikutip Ta’lim Muta'allim:
أُقَدِّمُ
أُسْتَاذِي عَلَى نَفْسِ وَالِدِي ** وَإِنْ نَالَنِي مِنْ وَالِدِي الْفضْلَ
وَالشَرَف
“Aku lebih mengutamakan guruku dari orang tuaku,
meskipun aku mendapat dari orang tuaku keutamaan dan kemuliaan.”
فَذَاكَ
مُرَبِّ الرُّوْحِ وَالرُّوْحُ جَوْهَرُ ** وَهذَا مُرَبِّ الْجِسْمِ وَالْجِسْمُ
كَالصَّدَف
“Ustadzku adalah pengasuh jiwaku dan jiwa adalah
bagaikan mutiara, sedangkan orang tuaku adalah pengasuh badanku dan badan
bagaikan kerangnya.”
Dari syair di atas kita dapat mengambil pelajaran
bahwasannya seorang guru harus kita doakan pula, sebagaimana doa kita kepada
orang tua, bahkan lebih. Entah doa yang berupa keselamatan, ampunan dan
lain-lain.
Suatu hari, anak Imam Ahmad bin Hanbal, Abdullah bin
Ahmad bin Hanbal menanyakan kepada beliau, “Wahai ayahku, bagaimana sosok Imam
asy-Syafi’i itu? Aku mendengar bahwa engkau banyak mendoakannya. Imam Ahmad bin
Hanbal menjawab, “Wahai anakku, Imam Syafi’i itu diperumpamakan seperti
matahari bagi dunia, dan kesehatan bagi manusia. Lihatlah, apakah kedua benda
itu memiliki pengganti?
Dari dialog di atas kita dapat mengambil kesimpulan,
betapa pentingnya mendoakan guru-guru kita, yang masih hidup maupun yang telah
wafat. Syekh Abdul Fattah Abu Guddah menuliskan doa ampunan bagi guru-guru kita
dalam catatan kaki kitab Risâlah al-Mustarsyidin:
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِمَشَايِخِنَا وَلِمَنْ عَلَّمَنَا وَارْحَمْهُمْ، وَأَكْرِمْهُمْ
بِرِضْوَانِكَ الْعَظِيْمِ، فِي مَقْعَد الصِّدْقِ عِنْدَكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
Allâhumma-ghfir li masyâyikhinâ wa liman ‘allamanâ
wa-rhamhum wa akrimhum biridlwânikal ‘adhîm fî maq’adish shidqi ‘indaka yâ
arhamar râhiîn
Wahai Allah ampunilah guru-guru kami dan orang yang
telah mengajar kami. Sayangilah mereka, muliakanlah mereka dengan keridhaan-Mu
yang agung, di tempat yang disenangi di sisi-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di
antara penyayang. (Imam al-Haris al-Muhasibi, Risâlah al-Mustarsyidin,
Dar el-Salam, halaman 141)
Semoga kita dapat mengamalkan doa di atas, sembari
mengharapkan keberkahan atas ilmu yang telah dipelajari dan ampunan bagi
guru-guru kita semua. Amiin …
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar