Selasa 22 Oktober 2019, jajaran Pengurus MWCNU Patimuan menggelar upacara untuk memperingati hari santri 2019 bertepat di lapangan MI Ma'arif NU Cinyawang. Upacara ini sangat unik karena semua petugas dan peserta upacara memakai sarung.
Upacara digelar mulai pukul 08.00 WIB, diikuti oleh seluruh Pengurus dan Badan Otonom NU baik ranting maupun wakil cabang/anak cabang, para pejabat pemerintah, ribuan kiyai dan Santri. Bertindak sebagai inspektur upacara Camat Patimuan yakni Iskandar Zulkarnain.
Upacara ini semakin khidmat manakala dikumandakan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Mars Hari Santri , Ya Lal Walthon dan Sholawat Badar. Selanjutnya menjadi semakin semarak ketika yel-yel ala NU diteriakkan: Siapa kita? NU!!! Pancasila... !!! Jaya ... !!! Nusantara ... Milik Kita ... !!! Bersama NU ... Kita Berkah.
Upacara Hari Santri sarat nuansa harmoni keragaman. Ini senada dengan pesan yang disampaikan Iskandar Zulkarnain selaku inspektur upacara, bahwa pesantren adalah laboratorium perdamaian.
Upacara digelar mulai pukul 08.00 WIB, diikuti oleh seluruh Pengurus dan Badan Otonom NU baik ranting maupun wakil cabang/anak cabang, para pejabat pemerintah, ribuan kiyai dan Santri. Bertindak sebagai inspektur upacara Camat Patimuan yakni Iskandar Zulkarnain.
Upacara ini semakin khidmat manakala dikumandakan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Mars Hari Santri , Ya Lal Walthon dan Sholawat Badar. Selanjutnya menjadi semakin semarak ketika yel-yel ala NU diteriakkan: Siapa kita? NU!!! Pancasila... !!! Jaya ... !!! Nusantara ... Milik Kita ... !!! Bersama NU ... Kita Berkah.
Upacara Hari Santri sarat nuansa harmoni keragaman. Ini senada dengan pesan yang disampaikan Iskandar Zulkarnain selaku inspektur upacara, bahwa pesantren adalah laboratorium perdamaian.
"Pesantren laboratorium perdamaian, tempat menyemai ajaran Islam rahmatan lil alamin," ujarnya, Selasa (22/10/2019).
Menurutnya, santri terbiasa dengan keterbukaan kajian dari berbagai kitab, bahkan lintas madzhab. Santri dididik belajar menerima perbedaan dari sumber hukum otentik. Santri terbiasa dengan moderasi dalam beragama.
"Moderasi penting bagi masyarakat plural sehingga keberagamaan dapat disikapi bijak serta toleransi dan keadilan terwujud," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar